1.
Pengertian
Sistem Pembelajaran
Sistem berasal dari bahasa latin dan bahasa Yunani,
systema dan sustema yang kemudian dikenal sebagai sistem. Sistem secara umum
dikatakan sebagai gabungan dari beberapa komponen yang saling terhubung untuk
mempermudah dalam mencapai tujuan. Sanjaya (2013: 2) mengemukakan bahwa sistem
adalah satu kesatuan yang saling terhubung untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya
pada manusia terdiri dari beberapa komponen yang saling terhubung seperti,
mata, hidung, telinga, tangan, kaki dan sebagainya. Setiap komponen memiliki
fungsi seperti, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk
mendengar dan lain sebagainya. Apabila satu komponen sakit maka akan
berpengaruh pada komponen lain. Oleh karena itu suatu komponen akan saling
berpengaruh dalam suatu sistem.
Hamalik (Sanjaya, 2013: 2) berpendapat bahwa sistem
dikatakan sebagai suatu rancangan yang tidak berwujud berupa seperangkat
komponen yang saling terhubung untuk mencapai suatu tujuan. Ruestiyah (Sanjaya,
2013: 2) juga berpendapat bahwa sistem merupakan gabungan dari beberapa bagian
yang teratur sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem dapat dikatakan sebagai
suatu gabungan dari beberapa konsep yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Sanjaya (2013: 2) mengungkapkan tiga ciri utama
dalam suatu sistem yaitu: pertama,
suatu sistem memiliki tujuan tertentu: kedua,
sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan: ketiga, sebuah sistem
harus dibantu oleh komponen-komponen agar dapat menggerakkan fungsi.
Dalam sistem pembelajaran tentu memiliki unsur-unsur
yang ada di dalamnya, seperti siswa dan guru serta semua stakeholder yang
mendukung dalam proses pembelajaran. Selain itu terdapat unsur lain seperti
alat dan sumber belajar, fasilitas penunjang selama proses pembelajaran, serta
langkah-langkah atau kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (Sanjaya, 2013: 6) bahwa sistem
pembelajaran adalah suatu gabungan yang terorganisasi yang meliputi unsur manusia,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan.
Sebagai suatu sistem, setiap unsur akan saling
berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketercapaian tujuan merupakan
tolak ukur keberhasilan dalam suatu sistem pembelajaran. Dalam hal ini siswa
sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran harus mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tugas seorang guru (Sanjaya, 2013:7) meliputi
tiga hal pokok yaitu: pertama,
sebagai perencana yang mengorganisasikan agar semua komponen dapat berperan
dengan baik, karena apabila terdapat satu komponen yang tidak berfungsi akan
mempengaruhi komponen yang lain sehingga dapat merusak suatu sistem. Kedua, sebagai pelaksana yang
melaksanakan sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah direncanakan, dan ketiga mengevaluasi keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran agar dapat mengukur keberhasilan dan
ketepatan dalam menjalankan suatu sistem pembelajaran.
2.
Pendekatan
Sistem Pembelajaran
Dari rancangan sistem berkembang beberapa istilah
yang berkaitan yaitu, pandangan sistem, pendekatan sistem, analisis sistem, dan
sintesa sistem. Pandangan sistem merupakan kebiasaan dalam melihat suatu benda
atau peristiwa dalam hidup sebagai suatu sistem. Jika pandangan sistem ini
diterapkan dengan tujuan untuk menyelesaikan berbagai masalah, maka kegiatan
ini dapat disebut dengan pendekatan sistem. Pada pelaksanaan pendekatan sistem
melakukan kegiatan identifikasi terhadap berbagai sub sistem dan memahami
hubungan dari masing-masing sub sistem maka kegiatan ini dapat dikatakan
sebagai analisis sistem. bila suatu sub sistem ditambah dan dipadukan dengan
sub lainnya maka proses ini dikatakan sebagai sintesa sistem. (Us dan Harmi,
2010: 37)
Pendekatan sistem menurut Ruestiyah (Us dan Harmi,
2010: 37) merupakan pelaksanaan yang pragmatis dari metode ilmiah, dan
merupakan paduan dari metode pemecahan masalah yang berhasil dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengevaluasian dari materi yang diteliti. Arief (Us dan Harmi,
2010: 37) juga berpendapat bahwa pendekatan sistem merupakan suatu proses yang
dikembangkan secara teratur untuk mencari solusi yang tepat dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan
sistem merupakan cara yang disusun untuk melakukan suatu kegiatan dalam suatu
sistem.
Pendekatan sistem dalam pembelajaran tidak hanya
berjalan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi
juga memperhatikan perkembangan dalam sikologi belajar sistemik, yang dilandasi
dengan prinsip-prinsi behavioristik dan humanistic, serta sesuai dengan
kenyataan dalam masyarakat. Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran
(Hamalik, 2012: 126) meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis
adalah pandangan hidup yang menjadi landasan sikap bagi perancang suatu sistem
yang terarah pada kenyataan, sedangkan aspek proses adalah suatu proses dan
suatu perangkat alat konseptual. Pada intinya suatu sistem filosofis merupakan
suatu keseluruhan dari sejumlah komponen yang saling berhubungan antara satu
dengan lainnya, sedangkan aspek proses lebih menekankan pada kemampuan dalam
merumuskan tujuan secara operasinal, mengembangkan deskripsi tugas secara
lengkap dan akurat, dan melaksanakan analisi-analisis tugas-tugas.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran (Hamalik,
2012: 126) terdiri dari dua ciri yaitu:
a.
Pendekatan
sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana
berlangsung kegiatan belajar mengajar berupa interaksi antara guru dan siswa,
serta memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif
b.
Penggunaan
metodelogi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur
perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses
pembelajaran yang bertujuan untuk pembelajaran tertentu.
Pola pendekatan sistem pembelajaran dapat disajikan
dalam bagan arus (flow chart) (Hamalik,
2012: 127). Pada bagan tersebut digambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh
yaitu:
a.
Identifikasi
kebutuhan pendidikan dan pelatihan (merumuskan masalah)
b.
Analisis
kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi tujuan-tuuan pembelajaran
(analisis masalah)
c.
Merancang
metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan)
d.
Pelaksanaan
pembelajaran (eksperimental)
e.
Menilai
dan merevisi.
Meskipun pola bagan
bersifat linear, namun sebenarnya pemecahan masalah tersebut merupakan lompatan
ke depan berdasarkan pemahaman saat itu juga dan umpan balik untuk mengubah
atau melakukan perbaikan terhadap langkah-langkah sebelumnya. Sistem berpikir
melibatkan kegiatan intelektual pada setiap langkah sepanjang proses pembelajaran
berlangsung. Pada setiap langkah terdapat aturan, namun tidak mengatur semua
peristiwa, melainkan petunjuk berpikir dan bukan merupakan proses berpikir yang
bersifat mekanistik sehingga penggunaan bagan tersebut terlihat kurang efektif,
tetapi ternyata hal tersebut tidak benar.
Sumber:
Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2013. Perencanaa & Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Us, Kasful Anwar dan
Harmi, Hendra. 2010. Perencanaan Sistem
Pembelajran KTSP. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar